Pertanian di Kabupaten Bogor terdiri dari
pertanian tanaman pangan, sayuran dan hortikultura serta perkebunan.
Tanaman pangan padi menyebar hampir di semua kecamatan, dengan variasi
luasan yang berbeda.
Umumnya padi sawah menyebar di wilayah tengah dan utara, dimana sudah tersedia irigasi, seperti di kecamatan Rumpin, Cigudeg, Sukajaya, Pamijahan, Cibungbulang, Ciampea, Caringin, Jonggol, Sukamakmur dan Cariu (nilai LQ lebih dari 1). Tanaman padi gogo menyebar hanya di beberapa kecamatan dalam luasan terbatas. Produktivitas tanaman padi sawah berkisar 4 -5 ton/Ha, sedangkan produktivitas padi gogo 2-3 ton/Ha.
Produktivitas ini sebenarnya masih dapat ditingkatkan dengan memperbaiki kondisi lingkungan, seperti menekan bahaya banjir serta perbaikan manajemen usaha tani, seperti pemberian pupuk tepat dosis dan waktu, penyediaan modal, sarana dan prasarana seperti pembangunan pasar, gilingan padi dan seterusnya.
Umumnya padi sawah menyebar di wilayah tengah dan utara, dimana sudah tersedia irigasi, seperti di kecamatan Rumpin, Cigudeg, Sukajaya, Pamijahan, Cibungbulang, Ciampea, Caringin, Jonggol, Sukamakmur dan Cariu (nilai LQ lebih dari 1). Tanaman padi gogo menyebar hanya di beberapa kecamatan dalam luasan terbatas. Produktivitas tanaman padi sawah berkisar 4 -5 ton/Ha, sedangkan produktivitas padi gogo 2-3 ton/Ha.
Produktivitas ini sebenarnya masih dapat ditingkatkan dengan memperbaiki kondisi lingkungan, seperti menekan bahaya banjir serta perbaikan manajemen usaha tani, seperti pemberian pupuk tepat dosis dan waktu, penyediaan modal, sarana dan prasarana seperti pembangunan pasar, gilingan padi dan seterusnya.
Daerah pertanian hortikultur seperti
sayuran dan buah juga menyebar pada hampir semua wilayah, tetapi
konsentrasi komoditas tertentu hanya menyebar pada wilayah tertentu.
Sedangkan komoditas tanaman pangan diantaranya tanaman jagung menyebar
di kecamatan Darmaga, Cisarua, Megamendung, Cileungsi, Klapanunggal,
Rancabungur, Cibinong, Ciseeng, Gunung Sindur dan Rumpin. Sedangkan
tanaman kedelai menyebar hanya di kecamatan Tamansari, Kemang,
Rancabungur dan Megamendung. Situasi yang sama juga terjadi pada sayuran
dan buah. Daerah sayuran mendominasi terbatas pada beberapa kecamatan
seperti Cisarua, Darmaga, Leuwisadeng, Cigombong, sedangkan buah berasal
dari kecamatan Tanjungsari, Mekarsari, Jasinga, Tajurhalang dan
lain-lain.
Pertanian hortikultur lainnya yang perlu terus dikembangkan adalah tanaman hias. Wilayah penghasil tanaman hias menyebar di beberapa kecamatan yaitu : Tamansari, Cijeruk, Ciawi, Megamendung, Tajurhalang, Gunung Sindur, Bojonggede dan lain-lain. Dengan beragamnya jenis tanaman hias di wilayah ini, maka Kabupaten Bogor dapat dijadikan sebagai pusat produksi dan pemasaran tanaman hias terbesar.
Pertanian hortikultur lainnya yang perlu terus dikembangkan adalah tanaman hias. Wilayah penghasil tanaman hias menyebar di beberapa kecamatan yaitu : Tamansari, Cijeruk, Ciawi, Megamendung, Tajurhalang, Gunung Sindur, Bojonggede dan lain-lain. Dengan beragamnya jenis tanaman hias di wilayah ini, maka Kabupaten Bogor dapat dijadikan sebagai pusat produksi dan pemasaran tanaman hias terbesar.
Tanaman perkebunan relatif terbatas di
Kabupaten Bogor, berdasarkan pengelolaan usahanya dibagi menjadi 2 (dua)
yaitu Perkebunan Besar dan Perkebunan Rakyat. Perkebunan Besar dikelola
oleh perusahaan swasta dan perusahaan negara, sedangkan perkebunan
rakyat dikelola oleh masyarakat tani. Jumlah perkebunan negara sebanyak 4
kebun dengan komoditi teh dan sawit yang dikelola oleh 1 (satu)
perusahaan BUMN yaitu PTPN VIII. Jumlah perkebunan swasta sebanyak 17
kebun dengan komoditi karet, teh, pala dan kopi. Lokasinya tersebar di
Kecamatan Jasinga, Cigudeg, Nanggung, Leuwiliang, Rancabungur, Ciawi,
Cisarua, Megamendung, Cigombong, Rumpin, Tamansari, Citeureup, Sukajaya
dan Tenjo. Jumlah Perkebunan Rakyat tersebar di 40 kecamatan dengan
komoditi karet, kopi, pala, cengkeh, kelapa, vanili, aren dan tanaman
obat.
Tanaman perkebunan ini secara
keseluruhan terdapat pada lahan yang berkategori kelas 3 dengan kendala
utama pada kelerengan, sehingga degradasi lahan melalui proses erosi dan
penurunan kesuburan menjadi kendala utama. Berkaitan dari sisi luasan
kawasan yang dapat dikembangkan untuk tanaman perkebunan relatif
terbatas (total sekitar 27.000 Ha), sehingga bentuk usaha skala besar
tidak dianjurkan, tetapi diarahkan ke bentuk usaha perkebunan skala
kecil dan bekerjasama dengan usaha perkebunan besar yang sudah ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar